Rameteo – Pren, tau kan yang namanya pohon? Pasti tau dong. Pohon itu bisa dibilang sumber kehidupan bagi manusia. Kalo ngga ada pohon, kita dapet oksigen darimana coba? Masa beli di warung-warung? Mana ada pren? Pasti lo sering denger atau ngeliat berita pohon tumbang. Apalagi kalo musim hujan, pasti ada aja pohon yang tumbang. Salah satu penyebabnya biasanya gara-gara angin kenceng, tapi itu si biasa dan wajar. Tapi pohon yang ini beda pren. Pohon ini tumbang gara-gara dicaci maki! Lho, ko bisa? Anehkah? Atau unikah pohon ini pren? Penasaran? Tenang, rameteo bakal kasih tau.
Penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, Pasifik Selatan, punya kebiasaan unik pren yaitu meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan kalau ada pohon yang akar-akarnya sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Kebiasaan unik inilah yang mereka lakukan supaya pohon itu mati.
Mau tau caranya pren? Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat ke atas pohon itu. Lalu, orang-orang yang ada di atas dan di bawah pohon itu akan berteriak sekuat-kuatnya ke pohon itu. Mereka teriak sampe berjam-jam, ya kurang lebih selama empat puluh hari (40 hari). Gila ngga tuh?
Lalu apa yang terjadi? yang terjadi sungguh menakjubkan Pren. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah untuk ditumbangkan.
Kalau diperhatiin kegiatan yang penduduk primitive ini lakukan memang aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan kalau teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati.
Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? Tentu sangat berharga sekali pren! Yang jelas, ingat baik-baik ya kalau lo teriak kepada mahkluk hidup berarti pren itu sedang mematikan rohnya.
Pernah ngga pren berteriak ke adik lo? (Ayo cepat ! Dasar lelet! Bego banget sih. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan? Jangan main-main disini! Berisik ! Bising !)
Atau, pernah ngga lo berteriak kepada orang tua karena merasa mereka membuat lo jengkel ? (Kenapa sih makan aja berceceran ? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar ? Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak?) Atau, mungkin lo juga pernah berteriak balik kepada pasangan lo karena merasa sakit hati? (Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu tahu nggak! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa ! Aduh. Perempuan kampungan banget sih !?)
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya? (E, tolol. Soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu jadi pinter?) Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesel? (Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku kagak bakal nyesel. Kerja gini nggak becus ? Ngapain gue gaji elu ?)
Ingat lho pren! Setiap kali lo berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingat dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini.
Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.
Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang lon harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Teriakan, cuma kita lakukan kalau kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Nah, tahukah mengapa orang yang marah dan emosional, menggunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah ko menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak !
Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang ingatlah selalu pren. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila lo ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan lo, selalulah berteriak.
Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang akan lo terima. Lo bakal semakin dijauhi. Ataupun bakal mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita. Ok, pren?